Minggu, 08 November 2009

Jigsaw minggu 1


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA REMAJA


Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda. Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Secara biologik sebagian besar remaja sudah matang, tetapi secara sosial, mental, dan emosional belum. Akibatnya dapat terjadi masalah-masalah remaja seperti kehamilan diluar nikah, abortus dan ketergantungan obat.

Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja ada 3, yaitu :
1) Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)
a. Berpikir konkret
b. Ketertarikan utama adalah pada teman sebaya dengan jenis kelamin sama, disisi lain  ketertarikan pada lawan jenis dimulai
c. Mengalami konflik dengan orang tua
d. Remaja berprilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai orang dewasa pada waktu selanjutnya
2) Remaja tahap menengah (15-16 tahun)
a. Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan seringkali menentukan harga diri
b. Remaja mulai melamun, berfantasi dan berpikir tentang hal-hal magis
c. Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari orang tuanya
d. Remaja menunjukkan prilaku idealis dan narsistik
e. Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak-ledak dan mood sering berubah
f. Hubungan heteroseksual merupakan hal yang penting
3) Remaja tahap akhir (17-21 tahun)
a. Remaja mulai berpacarandengan lawan jenisnya
b. Remaja mengembangkan pemikiran abstrak
c. Mulai mengembangkan rencana untuk masa depan
d. Berusaha untuk mandiri secara emosional dan finansial dari orangtua
e. Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang intim
f. Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang
Perubahan fisik pada remaja antara lain :
1) Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks, yaitu
      a. Menarche pada remaja putrid
      b. Mimpi basah pada remaja pria
2) Tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
      a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak
      b. Pada remaja putri, pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan sekitar kemaluan (pubis)
Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi :
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b. Agresive dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba

ASUHAN KEPERAWATAN UPAYA BUNUH DIRI

A.    Konsep Bunuh Diri
Definisi suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri.
B.     Bunuh Diri sebagai Masalah Dunia
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena factor kecelakaan.
Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja.
Keluarga dan lingkungan terdekat menjadi pilar utama yang bertanggung jawab dalam upaya bunuh diri pada anak dan remaja, pernyataan ini ditunjang oleh teori Vygotsky bahwa lingkungan terdekat anak berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian anak, menurut Stuart Sundeen jenis kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah dan kepribadian antisocial. Anak akan lebih besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.
Faktor lainnya adalah riwayat psikososial seperti orangtua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multiple seperti pindah, kehilangan dan penyakit kronik kumpulan stressor tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang konstruktif, anak akan mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa aman, menurut Kaplan gangguan jiwa dan suicide pada anak dan remaja akan muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat.

PERAN PERAWAT DALAM PRILAKU MENCEDERAI DIRI
Pengkajian:
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri. Perawat perlu mengkjai pristiwa yang menghina atau menyakitkan , upaya persiapan , ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.

2. Gejala. Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, bewrat badan menurun, bicara lamban, keletihan, withdrawl.
3. Penyakit psikiatrik. Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja, gangguan mental lansia.
4. Riwayat psikososial. Bercerai, putus hubungan , kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin, penyakit kronik.
5. Faktor kepribadian. Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa, jharga diri rendah, antisocial
6. Riwayat keluarga. Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri sendiri sehubungan dengan takut terhadap penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga diri karena malu, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan ingin mencederai diri
Sasaran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri
Intervensi dan Rasional
  1. Observasi prilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien
  2. Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan memintya bantuan jika keinginan untuk bunuh diri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya)
  3. Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik penyebabnya, jangan berikan reinforcement positive untuk prilaku tersebut (kurangnya perhatian untuk prilaku maladaptive dapat menurunkan pengulangan mutilasi).
  4. Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum prilaku ini terjadi (agar memahami masalah)
  5. Bertindak sebagai model dalam mengexpresikan kemarahan yang tepat (prilaku bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahkan pada diri sendiri)
  6. Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan klien merupakan prioritas perwatan)
  7. Arahkan kembali prilaku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik merupakan cara yang aman untuk menyalurkan ketegangan yang terpendam)
  8. Komitment semua staf untuk memberikan spirit kepada klien
  9. Berikan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi, pantau keefektifan, dan efek sampin
  10. Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap
  11. Observasi klien dalam restrain tiap 15 menit/sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan klien merupakan prioritas keperawata




INTERVENSI KLIEN BUNUH DIRI

1.      Listening, kontrak, kolaborasi dengan keluarga
Klien bisa ditolong dengan terapi dan mencoba untuk mengungkapkan peasaannya, berikan dukungan agar dia tabah dsan tetap berpandangan bahwa hidup ini bermanfaat. Buatlah lingkungannya seaman mungkin dan jauhkanlah dari alatttt-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
2. Pahami persoalan dari kacamata mereka
Harus dihadapi dengan sikap menerima, sabar, dan empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap memvonis, memojokkan, apalagi menghakimi mereka yang punya niat bunuh diri. Pada saat sedang menderita ia membutuhkan bantuan orang lain, ia butuh ventilasi untuk mengalirkan perasaan dan masalahnya. Namun ia biasanya takut untuk mencari pertolongan.
3.      Pentingnya partisipasi masyarakat
Gangguan kejiwaan biasanya bisa sembuh hanya perlu terus dievaluasi karena sewaktu-waktu bisa kambuh, dalam hal ini dukungan keluarga sangat penting untuk upaya penyembuhan klien , keluarga perlu didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap sama dngan penyakit-penyakit fisik lainnya.
4.      Expess feeling
Perlu ada dukungan dari lingkungan seperti sharing atau curhat sehingga membantu meringankan beban yang menerpa, selain mengontrol emosi, lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
5.      Lakukan implementasi khusus, seperti menjauhkan benda-benda berbahaya darilingkungan klien, dan mengobservasi prilaku yang berisiko untuk bunuh diri
1.      PENGERTIAN
Retardasi mental adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi(WHO). Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari ;
a.        Maturasi
b.       Proses belajar
c.        Penyesuaian diri secara social
2. ETIOLOGI
a. Penyebab Organik
1). Faktor prenatal :
a)      Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)
b)      Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
2). Faktor Perinatal :
a)      Diabetes maternal
b)      Kelahiran premature
3). Faktor Pasca natal :
a)      Cedera kepala
b)      Infeksi
c)      Gangguan degeneratif
b. Penyebab non organic
Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis,Sosial cultural,Interaksi anak kurang,Penelantaran anak
c. Penyebab lain : Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain
3. MANIFESTASI KLINIS
a)      Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b)      Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c)      Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d)     Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
e)      Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f)       Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g)      Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h)      Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
4. PATOFISIOLOGI
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
5. KRITERIA DIAGNOSTIK
Fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-rata . IQ kira-kira 70 atau kurang ( untuk bayi penilaian klinis dari fungsi fungsi intelektual dibawah rata2). Kekurangan atau kerusakan fungsi adaptif yang terjadi bersamaan ( mis. efektifitas seseorang dalam memenuhi harapan kelompok budayanya terhadap orang seusianya) dalam sedikitnya dua area berikut : komunikasi, perawatan diri , kerumahtanggaan, ketrampilan sosial dan interpersonal, penggunaan sarana-sarana masyarakat pengarahan diri, ketrampilan akademik fungsional , bekerja, bersantai , kesehatan dan keamanan.
6. KOMPLIKASI
a)      Gangguan kejang
b)      Gangguan kejiwaan
c)      Gangguan konsentrasi /hiperaktif
d)     Defisit komunikasi
e)      Konstipasi
7. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
a)      Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development )
b)      Uji perkembangan seperti DDST II
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a)      Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
b)      Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c)      Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
d)     Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Pencegahan
a)      Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
b)      Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
1)      perawatan prenatal
2)      pengawasan kesehatan regular
3)      pelayanan dukungan keluarga
 

 

ASUHAN KEPERAWATAN RETRADASI MENTAL

A. PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
2.      Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3.      Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4.      Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi social
5.      Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
C. INTERVENSI
1.      Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
2.      Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
3.      Berikan perawatan yang konsisten
4.      Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktil
5.      Berikan instruksi berulang dan sederhana
6.      Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
7.      Dorong anak melakukan perawatan sendiri
8.      Manajemen perilaku anak yang sulit
9.      Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
10.  Ciptakan lingkungan yang aman
D. PENDIDIKAN PADA ORANG TUA
1.      Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
2.      Dukung keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
3.      Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
4.      Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok
E. HASIL YANG DIHARAPKAN
1.      Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
2.      Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan
3.      Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas

 

Daftar pustaka

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung
Lask, Bryan. Memahami dan mengatasi masalah anak. 1985. Gramedia. Jakarta
Nadeak, wilson. Memahami anak remaja. 1991. Kanisius. Yogyakarta
Departemen Kesehatan, R.I. 2003. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta
Effendi, Nasrul Drs. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
www.google.com, tanggal  23 Oktober 2009, file di download dengan keyword askep remaja.


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HOSPITALISASI

A.       PENGERTIAN
Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat dirumah sakit.

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1.      Lingkungan yang asing
2.      Berpisah dengan orang yang berarti
3.      Kurang informasi
4.      Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5.      Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6.      Perilaku petugas Rumah Sakit.

B.     PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT HOSPITALISASI ADALAH :
1. Perubahan konsep diri.

Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya.


2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.

3. Dependensi

Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

4. Dipersonalisasi

Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.



5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.

6. Kehilangan dan perpisahan

Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.

C. PENGKAJIAN HOSPITALISI PADA ANAK

1.        Biodata
2.        Penanggung Jawab
3.        Data psikososial
a.         Kecemasan / ansietas
a)        Kaji penyebab kecemasan
b)        Yang berhubungan dengan perpisahan.
c)        Lingkungan baru ( Rumah sakit)
d)        Stranger anxity ( Perawat, dokter dan petugas RS yang lain)
e)        Perubahan dalam interaksi teman sebaya.
b.         Kaji manifestasi fisik
a)        Kegelisahan
b)        Palpitasi
c)         Semburat merah atau pucat
d)        Diaporosis
e)        Insomnia
f)         Peningkatan frekwensi jantung
g)        Perubahan intonasi suara
h)        Gemetar
i)          Peningkatan frekwensi pernafasan
c.         Kaji manifestasi psikologis / emosional
a)        Irritabilitas
b)        Marah meledak-ledak
c)         Menarik diri
d)        Menangis
e)        Reaksi terkejut

d.         Ketakutan
a)        Kaji penyebab ketakutan
Prosedur tindakan
Ø  Perawatan di Rumah sakit
Ø  Prosedur invasive
Ø  Operasi
Ø  Anestesi
Ø  Radiasi
Ø  Situasional (personal / lingkungan)
Ø  Lingkungan baru ( pertama kali opname)
Ø  Orang-orang baru 9Petugas Rumah Sakit)
Ø  Pergantian atau kehilangan orang-orang terdekat.
Ø  Pengaruh dari penyakit
Ø  Kehilangan bagian tubuh
Ø  Kehilangan fungsi tubuh
Ø  Ketidak mampuan karena penyakit
Ø  Ketidaktahuan penyakitnya.
b)        Kaji manifestasi prilaku ketakutan
Ø  Menghindari
Ø  Menangis / rewel
Ø  Menyerang
Ø  Terlalu waspada
Ø  Tidak kerasan di Rumah sakit
Ø  Tingkah laku konpulsif.
c)         Kaji aktivitas somatic / manifestasi fisik.
Ø  Muskuloskletal ( gemetar, otot tegang, keletihan / kelemahan anggota badan )
Ø  Kardiovaskuler ( palpitasi, nadi cepat, TD meningkat)
Ø  Pernafasan ( nafas dangkal, frekwensi meningkat)
Ø  Gastrointestinal ( anoreksia, mual/muntah, diare atau dorongan defekasi)
Ø  Genito urinaria ( sering/dorongan kencing, ngompol)
Ø  Kulit ( kemerahan / pucat, berkeringat)
e.         Hostolity ( rasa bermusuhan )
a)        Kaji penyebab hostility.
Ø   Mengeluarkan kata-kata kotor
Ø  Menolak dilakukan prosedur invasive
Ø  Menyerang perawat
b)        Kaji aspek fisik
Ø   Wajah merah
Ø  Tangan dikepal, reflek cepat.
Ø  Tekanan darah meningkat
Ø  Nadi cepat


SEJARAH ILMU KEPERAWATAN JIWA

A.     Sejarah Singkat Ilmu Kedokteran Jiwa di Indonesia
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa tengkorak yang di lubangi, antara lain di peru, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilakukekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya merupakan suatu hal yang universal. Dalam jaman modern ini, di negara kita dan negara-negara lain juga masih terdapat banyak cara pengobatan pada seorang penderita gangguan jiwa ataupun gangguan fisik dengan tujuan mengeluarkan roh penyebab gangguan itu.
1.      Mesir
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk merawat orang dengan gangguan jiwa.
2.      Yunani
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang terkenal karena rumus sumpah dokternya telah menggambarkan gejala- gejala melancholia dan berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai penyebab alamiah sep[erti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung, di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak dari atas jembatan.
3.      Di negara-negara arab
Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai tempat pemandian, diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik yang halus dalam suasana yang santai.
4.      Di Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang populer pada waktu itu ialah “ pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
5.      Di prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.

B.     Sejarah Singkat Usaha Kedokteran Jiwa Indonesia
Di perkirakan bahwa 2-3 % dari jumlah penduduk di indonesia  menderita gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa mengakibatkan bukan saja kerugian ekonomis, material dan tenaga kerja, akan tetapi juga penderita yang sukar dapat di gambarkan besarnya bagi penderitanya maupun bagi keluarganya dan orang yang dicintainya, yaitu seperti kegelisahan, kecemasan, keputusasaan, kekecewaan, kehawatiran dan kesedihan yang mendalam. Adapun tindakan atau perlakuan yang di maksud itu berupa penderita “ di pasung” ( dibelok= dipasang sebuah balok kayu pada tangan atau kakinya) di ikat atau di rantai kaki tangannya lalu di taruh pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan. Hal ini di lakukan bila penderita berbahaya bagi lingkngannya atau diri sendiri. Bila ia tidak berbahaya, maka tidak jarang kita melihat orang dengan gangguan jiwa berkeliaran di desa sambil mencari makan dan menjadi tontonan ataupun obyek lelucon, malahan ada kalanya orang semacam itu di anggap dan di perlakukan sebagai seorang “ sakti”, “ mbah wali” atau seorang “medium” (pengantara antara manusia dan roh).
Pada jaman kolonial, sebelum adanya RSJ di indonesia para penderita gangguan jiwa di tampung di rumah sakit sipil atau rumah sakit militer di jakarta, semarang dan surabaya. Yang pertama-tama di bangun ialah RSJ Bogor, yang di buka pada tanggal 1 juli 1882, kemudian berturut-turut di resmikan: RSJ Lawang ( 23 juni 1902), RSJ Magelang (1923) dan RSJ Sabang (1927).
Pemerintah hindia belanda mengenal 4 macam tempat perawatan penderita psikiatrik yaitu:
1.      Rumah sakit jiwa (kranzinnigengestichten) di bogor, magelang, lawang dan sabang.
2.      Doorganghuizen ( rumah sakit sementara) yang merupakan tempat penampungan pertama bagi pasien psikotik yang akut.
3.      Verpleegtehuizen (rumah perawatan) yang berfungsi sebagai doorganghuizen.
4.      Koloni yang merupakan tempat penampungan pasien psikiatrik yang sudah tenang.
Cara pengobatan yang dahulu sering di pakai di rumah sakit jiwa adalah: isolasi dan penjagaan (custodial care) yaitu di bungkus ( badan bersama lengan di bungkus dengan selimut), suntikan obat penenang ( morfin- atropin atau luminal-skopolamin), terapi mandi (disemprot atau direndam: permanente baden), jemur di panas matahari di samping kesibukan dan pekerjaan lain. Dalam tahun 1930 mulai di coba terapi kerja , seperti menggarap tanah.

Dapat di catat bahwa dengan prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro yang memegang pimpinan bagian kedokteran jiwa, fakultas kedokteran universitas indonesia (1961-1977) dan direktorat kesehatan jiwa (1977- kini), di bantu pula oleh keadaan negara dan sosial yang lebih menguntungkan, maka usaha kesehatan jiwa telah maju dengan lebih pesat dalam berbagai aspek. Lapangan kerja kedokteran jiwa di indonesia terbuka lebar dan sedang menunggu darma bakti putri-putrinya. Suatu masyarakat yang baik sanggup juga menolong sesamanya yang menderita gangguan jiwa.
 

DAFTAR PUSTAKA

http:/id.wikipedia.org/wiki/ Sejarah Keperawatan jiwa.
W.F Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran. Airlangga University Press : Surabaya.


SEJARAH ILMU KEPERAWATAN JIWA

A.     Sejarah Singkat Ilmu Kedokteran Jiwa di Indonesia
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa tengkorak yang di lubangi, antara lain di peru, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilakukekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya merupakan suatu hal yang universal. Dalam jaman modern ini, di negara kita dan negara-negara lain juga masih terdapat banyak cara pengobatan pada seorang penderita gangguan jiwa ataupun gangguan fisik dengan tujuan mengeluarkan roh penyebab gangguan itu.
1.      Mesir
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk merawat orang dengan gangguan jiwa.
2.      Yunani
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang terkenal karena rumus sumpah dokternya telah menggambarkan gejala- gejala melancholia dan berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai penyebab alamiah sep[erti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat perawatan pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar matahari serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu. Dalam jaman romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung, di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam sebuah tong lalu di gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak dari atas jembatan.
3.      Di negara-negara arab
Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai tempat pemandian, diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik yang halus dalam suasana yang santai.
4.      Di Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang populer pada waktu itu ialah “ pengeluaran darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
5.      Di prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh penjahat , penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.

B.     Sejarah Singkat Usaha Kedokteran Jiwa Indonesia
Di perkirakan bahwa 2-3 % dari jumlah penduduk di indonesia  menderita gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa mengakibatkan bukan saja kerugian ekonomis, material dan tenaga kerja, akan tetapi juga penderita yang sukar dapat di gambarkan besarnya bagi penderitanya maupun bagi keluarganya dan orang yang dicintainya, yaitu seperti kegelisahan, kecemasan, keputusasaan, kekecewaan, kehawatiran dan kesedihan yang mendalam. Adapun tindakan atau perlakuan yang di maksud itu berupa penderita “ di pasung” ( dibelok= dipasang sebuah balok kayu pada tangan atau kakinya) di ikat atau di rantai kaki tangannya lalu di taruh pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan. Hal ini di lakukan bila penderita berbahaya bagi lingkngannya atau diri sendiri. Bila ia tidak berbahaya, maka tidak jarang kita melihat orang dengan gangguan jiwa berkeliaran di desa sambil mencari makan dan menjadi tontonan ataupun obyek lelucon, malahan ada kalanya orang semacam itu di anggap dan di perlakukan sebagai seorang “ sakti”, “ mbah wali” atau seorang “medium” (pengantara antara manusia dan roh).
Pada jaman kolonial, sebelum adanya RSJ di indonesia para penderita gangguan jiwa di tampung di rumah sakit sipil atau rumah sakit militer di jakarta, semarang dan surabaya. Yang pertama-tama di bangun ialah RSJ Bogor, yang di buka pada tanggal 1 juli 1882, kemudian berturut-turut di resmikan: RSJ Lawang ( 23 juni 1902), RSJ Magelang (1923) dan RSJ Sabang (1927).
Pemerintah hindia belanda mengenal 4 macam tempat perawatan penderita psikiatrik yaitu:
1.      Rumah sakit jiwa (kranzinnigengestichten) di bogor, magelang, lawang dan sabang.
2.      Doorganghuizen ( rumah sakit sementara) yang merupakan tempat penampungan pertama bagi pasien psikotik yang akut.
3.      Verpleegtehuizen (rumah perawatan) yang berfungsi sebagai doorganghuizen.
4.      Koloni yang merupakan tempat penampungan pasien psikiatrik yang sudah tenang.
Cara pengobatan yang dahulu sering di pakai di rumah sakit jiwa adalah: isolasi dan penjagaan (custodial care) yaitu di bungkus ( badan bersama lengan di bungkus dengan selimut), suntikan obat penenang ( morfin- atropin atau luminal-skopolamin), terapi mandi (disemprot atau direndam: permanente baden), jemur di panas matahari di samping kesibukan dan pekerjaan lain. Dalam tahun 1930 mulai di coba terapi kerja , seperti menggarap tanah.
Dapat di catat bahwa dengan prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro yang memegang pimpinan bagian kedokteran jiwa, fakultas kedokteran universitas indonesia (1961-1977) dan direktorat kesehatan jiwa (1977- kini), di bantu pula oleh keadaan negara dan sosial yang lebih menguntungkan, maka usaha kesehatan jiwa telah maju dengan lebih pesat dalam berbagai aspek. Lapangan kerja kedokteran jiwa di indonesia terbuka lebar dan sedang menunggu darma bakti putri-putrinya. Suatu masyarakat yang baik sanggup juga menolong sesamanya yang menderita gangguan jiwa.

 

DAFTAR PUSTAKA

http:/id.wikipedia.org/wiki/ Sejarah Keperawatan jiwa.
W.F Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran. Airlangga University Press : Surabaya.




                         

 





                         

 






 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar